Pelatihan Polri ke Inggris, Polda Riau Semestinya Dijadikan Model Nasional Pengamanan Aksi
Kamis, 27 November 2025
PEKANBARU, Tuahkarya.com- Koordinator Pusat BEM Seluruh Riau, Ahmad Deni, menilai rencana Polri mengikuti pelatihan pengamanan aksi di Inggris merupakan langkah positif dalam penguatan kapasitas institusi.
Namun, ia menekankan bahwa pengalaman Polda Riau dalam menerapkan pengamanan humanis layak dijadikan rujukan nasional dalam penyusunan standar yang lebih komprehensif.
Menurut Deni, pendekatan pengamanan aksi di Riau selama ini menunjukkan pola yang berbeda dan lebih persuasif dibandingkan banyak daerah lain.
Ia mencontohkan bahwa peserta aksi di Riau kerap disambut dengan sapaan “selamat datang pejuang aspirasi”, sebuah gestur yang menurutnya mencerminkan penghargaan terhadap hak berekspresi.
Selain itu, perangkat taktis seperti barakuda dan water cannon tidak ditempatkan digaris terdepan saat penyambutan massa aksi, sehingga tidak menimbulkan kesan intimidatif.
Ia juga merujuk pada aksi humanis para Polwan Polda Riau yang menyapa dan membagikan minuman kepada peserta aksi, sebagaimana diberitakan media lokal.
Ditambahkan Deni, praktik-praktik ini menunjukkan bagaimana aparat dapat menjaga ketertiban tanpa mengurangi ruang publik dalam menyampaikan pendapat.
“Pelatihan ke Inggris tentu memberikan nilai tambah. Namun, praktik humanis yang sudah berjalan di Riau seharusnya juga dijadikan referensi nasional. Ini pengalaman nyata yang sudah teruji,” ujarnya di Pekanbaru.
Deni menilai penguatan kapasitas Polri melalui kerja sama internasional tetap penting.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa praktik baik dari daerah perlu diakomodasi agar standar pengamanan lebih relevan dengan karakter sosial Indonesia.
Dalam pernyataannya, Deni juga menyampaikan apresiasi kepada Kapolda Riau Irjen Pol. Dr. Herry Heryawan, S.I.K., M.H., M.Hum. atas konsistensi dalam menerapkan pendekatan humanis.
“Polda Riau telah menunjukkan bahwa profesionalitas aparat dapat berjalan seiring dengan penghormatan terhadap nilai kemanusiaan,” kata Deni.
Ia menutup pernyataannya dengan menekankan pentingnya sinergi antara mahasiswa dan kepolisian dalam menjaga ruang demokrasi tetap terbuka dan aman.
“Pengamanan yang persuasif dan penyampaian aspirasi yang tertib adalah dua hal yang saling melengkapi,” ujarnya.

